Memajukan Desa Melalui Budidaya dan Pengolahan Aloe Vera
Pic by Cendana News |
Memajukan Desa Melalui Budidaya dan pengolahan Aloe Vera - Pertama kali saya mencicipi minuman dari olahan lidah buaya
saat berkunjung ke pusat oleh-oleh yang
ada di suatu kota di Jawa Timur, awalnya memang saya agak ragu karena belum pernah
mengkonsumsi olahan lidah buaya sebelumnya, sesekali waktu lidah buaya hanya
saya gunakan untuk masker rambut saja. tapi ternyata setelah saya coba rasanya lumayan enak, kenyal-kenyal dan menyegarkan.
Tanaman yang bernama Latin AloeVera ini umumnya sering
dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetik dan juga kesehatan tapi ditangan yang
tepat tanaman lidah buaya selain dijual ke pabrik dalam keadaan segar, lidah
buaya juga bisa diolah menjadi produk makanan dan minuman yang sudah mulai
dikenal luas dan punya nilai ekonomis yang tinggi.
Pic by kompasiana.com |
Memajukan Desa Melalui Budidaya dan Pengolahan Aloe Vera
Berawal di tahun 2018 Alan Efhendi mulai merubah wajah
dusunnya di daerah
Gunung Kidul yang terkenal tandus, semula banyak ditanami jagung, singkong, dan
kacang tanah. Sekarang ini warganya sudah beralih menanam lidah buaya di
pekarangan-pekarangan rumah.
Mulanya Alan seperti pemuda pada umumnya yang memilih
merantau ke luar kota selepas kuliah jurusan teknik informatika, tapi kemudian
Alan berniat pulang kampung dan mewujudkan cita-citanya merintis usaha yang
mampu berkontribusi meningkatkan perekonomian warga di sekitar tempat
tinggalnya.
Berbekal belajar dan mencari referensi dari internet, Alan
kemudian mulai membeli 500 bibit aloe vera dari Kalimantan yang kemudian
ditanam di pekarangan rumah orang tuanya. Bukan hal yang mudah meyakinkan orang
tua Alan untuk menyetujui rencana tersebut, karena mereka merasa lidah buaya
bukan tanaman yang umum di tanam bahkan biasanya hanya digunakan sebagai
tanaman hias yang tak laku dijual.
Beberapa tahun kemudian tanaman aloe vera milik Alan berkembang
dengan baik dan sudah bisa dipanen, hasil panen ini kemudian diolah menjadi
minuman segar nata de aloe vera dan dijual ke kantin sekolah, warung makan, dan
kantin puskesmas di sekitar desa tempat tinggalnya. tapi Alan tidak bisa menangani sendiri karena posisinya ia masih kerja di Jakarta, jadi sebagian besar yang menjalankan ialah orang tuanya.
Pada tahun 2017 minuman nata de aloe vera ini makin makin
berkembang, penjualannya juga makin meningkat. Alan kemudian memperluas
budidaya dan juga mengurus ijin usaha miliknya termasuk memberi merek dagang
dengan brand “Rasane Vera”. Lalu pada tahun 2018 Alan memantapkan diri resign
dari pekerjaannya di Jakarta demi mengembangkan usahanya, dalam perjalanan
usahanya Alan kemudian terpilih menjadi binaan LIPI dan dengan resep dari LIPI Alan kemudian bisa menambah masa simpan produknya dari yang awalnya hanya
bertahan 3 hari menjadi 3 bulan.
Atas ilmu dan dukungan dari dinas terkait, Alan kemudian
mengajak warga sekitar untuk turut membudidayakan serta mengolah aloe vera. Dengan
membentuk KWT Monvera Agrotech, Alan kemudian memberikan 5000 bibit aloe vera
kepada 100 ibu-ibu di desanya. Ia juga mengedukasi tentang teknik budidaya yang
benar, juga mengedukasi masyarakat untuk mulai menekuni bisnis aloe vera yang
dinilai punya potensi ekonomi yang lebih baik.
Usaha Tak Menghianati Hasil
Saat ini lahan budidaya aloe vera Alan sekitar 2.500 meter
persegi, jenis aloe vera yang ia tanam ada dua yaitu jenis barbasensis miler
dan sinensis barker. Dari 5000 tanaman yang ia miliki, per hari nya ia mampu
memanen sekitar 3-5 daging pelepah aloe vera. Dan jumlah ini belum termasuk
hasil panen ibu-ibu KWT dibina yang juga rutin menyetor tiap harinya.
Kini dengan semakin meningkatnya jumlah panen aloe vera,
semakin meningkat juga pemesanan minuman nata de aloe vera miliknya. Dari yang
awalnya produksi sekitar 50-100 cup perhari sekarang meningkat menjadi 500-1000
cup perhari, begitu juga dengan kemasan botol produksinya mencapai 100-150
botol perhari.
Alan pun mulai berinovasi dengan produk buatannya, yang
awalnya hanya punya 3 varian rasa, sekarang sudah tersedia 7 varian rasa
seperti nanas, lemon, leci, melon, banana, jambu, dan juga original. Untuk pemasarannya
ia lakukan secara online dan offline, Alan memanfaatkan berbagai platform
sosial media, marketplace, agen dan juga reseller. Alan juga menitipkan
produknya di beberapa titik di lokasi wisata agar lebih dikenal luas.
Tak hanya sampai disitu, Alan juga melatih ibu-ibu dan
pemuda-pemuda desanya untuk membuat produk olahan dari aloe vera lainnya
seperti keripik aloe vera, pangsit aloe vera, dodol aloe vera, permen aloe
vera, dan minuman instan / bubuk aloe vera. Dan untuk pemasarannya Alan selalu
siap untuk membantu memasarkan produk-produk tersebut dengan harapan kawasan dusun Jeruk Legi tempatnya tinggal bisa menjadi kawasan sentra budidaya
dan penghasil produk aloe vera.
Harapan Alan kemudian berbuah manis, desa tempat tinggalnya
sering didatangi tamu dari berbagai daerah di Indonesia, mereka ingin melihat
cara budidaya aloe vera dan juga belajar cara mengolah tanaman tersebut. Dengan
adanya kunjungan seperti ini mampu meningkatkan pendapatan warga mulai dari
penjualan aneka olahan aloe vera yang diproduksi, mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual bibit
aloe vera.
Perjuangan Alan selama 8 tahun terakhir ini memang luar
biasa, ia pun sudah mendapatkan banyak apresiasi termasuk penghargaan SATU
Indonesia Award 2021 dari PT. Astra International Tbk, di bidang kewirausahaan.
Ia pun masih memiliki impian ingin menjadikan dusun Jeruk Legi dan desa
Katongan sebagai pusat wisata edukasi budidaya dan pengolahan aloe vera di
Indonesia, serta menyediakan berbagai varietas tanaman aloe vera yang ada di
dunia untuk dibudidayakan di desanya.
Posting Komentar untuk "Memajukan Desa Melalui Budidaya dan Pengolahan Aloe Vera"
Posting Komentar