Seminar Nasional: Aku, Kamu, Kita Generasi Muda Sadar Gizi
Seminar Nasional: Aku, Kamu, Kita Generasi Muda Sadar Gizi - Permasalahan gizi sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang sering kita jumpai di masyarakat, pola hidup yang kurang baik menjadi salah satu faktor penyebab diabetes, stunting, gizi buruk, dan juga permasalahan gizi lainnya.
Dipasaran pun dengan mudah kita temui makanan dan minuman
yang mengandung pemanis yang berlebihan / pemanis buatan, mengandung bahan
pengawet yang kalau dikonsumsi berlebihan dapat merusak fungsi organ tubuh
seperti ginjal, hati, dll.
Saya beruntung bisa belajar lebih jauh tentang gizi oleh
para narasumber yang memang sudah ahli di bidangnya pada acara Seminar nasional
dengan tema “Aku, Kamu, Kita Milenial Sadar Gizi”. Acara ini digelar oleh Yayasan
Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama dengan badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga, dalam upaya menyebarkan dan meningkatkan
derajat kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat, khususnya generasi muda saat
ini. Acara ini berlangsung pada tanggal 14 September 2022 dan bertempat di
Gedung Kuliah Bersama Kampus C Universitas Airlangga Surabaya.
Aku, Kamu, Kita Generasi Muda Sadar Gizi
Selain kepada masyarakat luas, acara seminar gizi ini ditujukan untuk memberikan cara kepada mahasiswa yang merupakan calon orang tua untuk membentuk
kebiasaan baik pada dirinya agar dapat mempersiapkan diri guna menyongsong masa
depan sebagai calon ibu atau pun ayah, khususnya sejak di bangku perkuliahan.
prof. dr, Bambang Wirjatmadi, MS.MCN.PHD.Sp,GK – Dokter Spesialis Gizi
Dari pemaparan prof Bambang saya jadi banyak paham kalau
generasi saat ini bisa jadi banyak menderita stunting, dibuktikan tinggi badan
anak sekarang relatif lebih pendek dari pada anak jaman dulu. Dan alasannya
bisa jadi karena kesalahan orang tua dalam memberikan asupan makanan yang lebih
banyak mengandung karbohidrat dari pada protein.
Menurut prof. Bambang kekurangan protein bisa menyebabkan
mudah terserang infeksi, nah infeksi ini kalau dibiarkan bisa mengakibatkan
pertumbuhan tulang panjang akan terhambat kemudian terjadilah gagal tumbuh pada
anak yang disebut juga dengan stunting.
Selain itu pola hidup milenial ini bisa dibilang kurang
sehat. contohnya saja, demi alasan kepraktisan kita lebih memilih memasak
menggunakan alat seperti magic com dari pada harus masak nasi menggunakan dandang.
Makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-hari pun belum bisa terlepas dari
bahan tambahan makanan seperti pengawet, pewarna, juga tinggi GGL (gula,
garam, lemak).
Keynote Speech: Ibu Hj. Arumi Bachsin, S.E
Saya begitu antusias saat bisa bertatap muka secara langsung
dengan istri wakil gubernur Jatim ini, dalam sambutannya ibu Arumi menjelaskan
beberapa fakta di lapangan yang sering beliau temui, masih banyak anak-anak
yang menderita stunting. Sebagai ketua Tim Penggerak PKK Jatim beliau
menghimbau agar generasi muda mulai intervensi asupan gizi sejak usia remaja
terutama remaja putri yang di masa depan akan menjadi seorang ibu.
Yang perlu kita ketahui, saat ini prevalensi stunting di
Jawa Timur mencapai 23,5% dari total penduduk. Jadi untuk mencapai target
nasional 2024 sebesar 14% perlu sinergi dari banyak pihak.
Selain stunting ada lagi permasalahan gizi lainnya ialah
obesitas pada anak, salah satu alasan obesitas ini bisa terjadi karena konsumsi
makanan dan minuman yang kurang terkontrol, akibatnya anak jadi gagal tumbuh
karena tidak mendapat nutrisi yang tepat. Seperti pemberian Kental Manis
untuk anak-anak yang memiliki kadar gula 2 kali lipat lebih banyak dari susu
sapi.
Fenomena mager anak muda sekarang ini juga bisa jadi faktor
penyebab obesitas, anak muda sekarang ini cenderung lebih memilih fast food
dengan alasan kepraktisan, padahal kalau kita masak sendiri tentu kebutuhan
gizi harian untuk tubuh bisa diatur dengan baik.
Arif Hidayat SE,MM, - Ketua Harian YAICI
Seorang bayi di Kendari meninggal di usia yang baru
menginjak 9 bulan, setelah ditelusuri ternyata si bayi ini sudah diberi asupan
kental manis sejak usia 3 bulan. Sangat miris, karena miskonsepsi yang sudah
terlanjur menyebar di masyarakat menganggap kental manis ialah susu dan ini
salah besar. Kita perlu meluruskan karena faktanya kental manis bukan susu,
kental manis merupakan sirup gula berperisa susu yang kandungan gulanya sekitar
50%.
Makanya YAICI menggandeng mahasiswa sebagai agent of change
yang dapat berperan meningkatkan literasi gizi di masyarakat dan juga untuk
menyiapkan diri menjadi calon orang tua yang sehat. Jadi kita pun harus
membantu memberikan edukasi kepada masyarakat luas bahwa kental manis jelas
bukan sebagai pengganti susu.
dr Punky Mulawardhana SpOg – Dokter Ahli Kandungan
dr Punky memberikan pemaparan tentang pentingnya pemahaman
kesehatan reproduksi, remaja perempuan sebagai calon ibu di masa depan harus
mempersiapkan diri agar mampu mencetak generasi yang sehat dimulai dari
sekarang dimulai dengan membiasakan menerapkan gaya hidup sehat agar terhindar
dari resiko penyakit.
Menurut dr Punky saat anak kita masuk usia remaja, kita
harus bisa memposisikan diri sebagai sahabatnya, jadi anak bisa nyaman
menceritakan apapun yang mereka alami dan mereka hadapi dalam kesehariannya. Ini
menghindari dari hal-hal yang kurang tepat, dan bahkan jangan sampai anak
mencari tau dari sumber yang salah. Jadi peranan orang tua sangat dibutuhkan
dalam masa seperti ini.
Mochammad Awam Prakoso – Founder Kampung Dongeng Indonesia
Perjumpaan dengan kak Awam siang itu sangat seru karena kak Awam yang memang basicnya seorang pendongeng yang pintar menirukan suara hewan beserta peragaannya bikin suasana lebih meriah. Kak Awam mendongeng cerita tentang Balap Lari Antara Kelinci dan Kura-Kura, suasana ruangan jadi lebih segar karena kak Awam sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan lucu yang sukses bikin semua peserta seminar tertawa.
Dari cerita yang kak Awam bawakan banyak mengandung pesan
moral, diantaranya kita harus tetap semangat bagaimanapun kondisi yang kita
alami, belajar dari kesalahan di masa lalu, memahami arti kompetisi dan juga
kerja sama dengan teman, dan edukasi kepada masyarakat bahwa dongeng itu bukan
hanya untuk anak-anak tapi juga untuk semua kalangan.
Maman Suherman – Penulis Buku dan Pegiat Literasi
Kang Maman menjadi penutup perjumpaan siang itu, beliau
menjelaskan pentingnya peran komunikasi dalam segala hal dan komunikasi ini
bisa dibangun dengan literasi yang memadai. Seperti edukasi tentang kental
manis yang masih banyak orang salah mengartikan sebagai susu, contoh kecilnya
di minimarket sering kita jumpai kental manis berada di jajaran rak susu. Ini lah
salah satu bukti bahwa masyarakat kita masih minim literasi.
Menurut kang Maman, literasi bukan hanya tentang baca dan
tulis saja tapi meliputi kecakapan hidup yang dapat diandalkan dalam mengatasi
berbagai masalah. Dan agar tidak mudah termakan hoax atau berita palsu, dalam
menulis kita harus berpedoman pada 5R, yaitu;
- Read – semangat membaca
- Research – dukung dengan riset yang memadai
- Reliable – informasi yang dapat dipercaya
- Reflecting – sudut pandang yang dipilih
- Right – benar menurut standar kebaikan yang berlaku universal.
Nah dari seminar nasional yang diadakan oleh YAICI dan BEM
Universitas Airlangga ini harapannya semoga kita makin peduli lagi dengan
lingkungan sekitar terlebih dengan asupan makanan dan minuman yang kita
konsumsi. Mulai saat ini mari terapkan gaya hidup sehat, mengurangi konsumsi
makanan dan minuman tinggi GGL (gula, garam, lemak) dan juga bantu mengedukasi
masyarakat bahwa kental manis bukan pengganti susu.
14 komentar untuk "Seminar Nasional: Aku, Kamu, Kita Generasi Muda Sadar Gizi"
hhh... Ketidaktahuan orangtua saya ketika saya masih usia tumbuh dan berkemban. Sepele, tapi dampaknya besar banget ya mba..