Story, Perjuangan Melahirkan Bayi Cantik Ke Tiga
Assalamualaikum..
Writing is healing..
Finally.. setelah nunggu selama kurang lebih 9 bulan, akhirnya waktu persalinan ku tiba juga.
Tapi sedikit meleset dari perkiraan bidan dan USG sih,
Gegaranya simple aja, aku yang nggak ingat pasti kapan HPHT ku membuat perkiraan lahiran nggak jelas juga.
Seingat ku terakhir menstruasi akhir bulan Oktober nyambung ke awal bulan November, jadi HPL nya kira-kira tanggal 3 Agustus 2019.
Dalam kurung, ini hanya seingat ku ya.. wkwkwk
Tanggal 1 Juli kemarin jadwal periksa rutin ke bidan,
Perkiraan bidan masuk ke usia 34-35 minggu, karena dari awal hamil aku selalu USG di RS Fat**** akhirnya bidan ku mengusulkan pindah ke praktek Dr. Hartono SpOG.
Pengalaman waktu melahirkan anak ke dua yang kebetulan SC karena plasenta previa dibantu oleh Dr tersebut membuat bidan ku nggak mau mengambil resiko jadi aku dan bidan sepakat tanggal 1 Agustus aku melahirkan secara SC.
Tanggal 4 juli aku datang USG ke praktek Dr. Hartono yang kebetulan dekat dari rumah.
pertanyaan standar aku ajukan seperti, apakah bayi ku sehat?
Apakah HPL nya sama dengan perkiraan bidan? Ya sama, jawab dokter.
Saat dokter mencari jenis kelamin bayiku,aku jawab "tolong jangan di kasih tau Dok"
jadi dokter hanya menjawab "baiklah saya cetak saja kalau begitu"
Dan pertanyaan terakhir, apakah aku bisa melahirkan normal?Bisa, kenapa tidak.
Tapi pesan dokter "kalau sampai akhir bulan belum lahir juga langsung bawa surat rujukan ini ke RS". Kata dokter sembari mengisi surat rujukan.
Bingung sih dalam hati, katanya HPL nya sama tapi kenapa di kasih saran seperti itu. Tapi ya sudahlah..
Tanggal 12 juli aku datang lagi ke praktek Dr. Hartono yang di RS. dari malam aku ngerasa perut sakit, rasanya perih di perut bagian dalam padahal aku nggak makan pedas atau apapun.
Setelah di periksa nggak ada tanda-tanda melahirkan atau apapun, saat aku tanya apakah ini maag dok? Iya.. jawabnya singkat.
Dan obat yang aku dapat pun hanya vitamin.
Alhamdulillah sorenya aku udah nggak ngerasa sakit lagi.
Tanggal 23 juli, berhubung rumah ku yang emang nggak pernah sepi oleh teman yang berkunjung atau sekedar nongki-nongki. Dari magrib ada saudara jauhku dan sepupu ku main ke rumah. Sampai jam 21.30 mereka baru pulang.
Jam 22.30 aku baru pamitan ke suamiku mau tidur duluan, sebenarnya perut bagian bawahku terasa kemeng, cuma aku nggak bilang ke suami karena aku pikir mungkin sebentar juga sudah sembuh.
Aku tiduran aja di kamar tapi ternyata nggak bisa tidur, sakitnya bukan reda tapi makin kerasa.
Pas jam 23.00 suamiku masuk kamar, aku baru bilang kalau perutku sakit. Dan sakitnya makin parah sampai bolak balik ke kamar mandi buang air beras sampai 3x. Di pijat suamiku juga, dikira masuk angin. Nggak reda tapi sakitnya kok makin parah. Akhirnya jam 24.00 aku ke bidan yang terletak di sebelah desa.
Suamiku masih sempat berfikir buat pinjam mobil saudara biar aku nggak kedinginan karena emang cuaca lagi dingin-dinginnya,
Sambil nahan sakit aku mempersiapkan perlengkapan yang udah aku pack dalam tas dari kemarin-kemarin dan mempersiapkan 1 tas lagi berisi berkas-berkas untuk ke RS nantinya kalau memang aku waktunya melahirkan jadi mudah ngambilnya.
Untuk cerita tentang persiapan melahirkan bisa di baca di:
Berangkatlah aku naik motor dan pake jaket tebal.
Di jalan udah nggak ngerasa dingin.
boro-boro kedinginan, nahan sakit aja sampai keringetan.
Sampai di rumah bidan, dan di periksa ternyata sudah pembukaan 3. Dan bu bidan menyarankan segera di bawa ke RS aja.
Jadi suami langsung pulang ngambil perlengkapan yang udah aku siapin tadi dan bawa mobil, berangkatlah kami.
Sampai di RS jam 01.30 masuk IGD, setelah registrasi bidan tanya sama dokter jaga
"apakah bisa melahirkan secara normal? Jarak kelahiran sebelumnya 7,5 tahun!".
"Bisa..". Jawab dokter jaga.
Setelah di pasang infus, bidan jaga mengecek pembukaan ku sambil di temani seorang cowok.
WHAT'S... COWOK..!!!
Iya, ada seorang cowok muda yang menemani dokter jaga IGD. Ketika dokter memeriksa pembukaan ku ternyata mas itu juga ikut memperhatikan, jadi otomatis mas-mas tadi pernah liat sesuatu, ah.. tidak..!?!? (Lebay)
Setelah di pasang selang infus dan kateter, kemudian aku dipindahkan ke ruang VK aka bersalin dengan kursi roda, karena menahan sakit jadi aku merem sampai nggak tau letak ruangan VK dimana. Sampai di sana aku tiduran miring. Mulas di perut pun lebih sering jadi aku nggak bisa tidur, di beri roti sebagai pengganjal perut sama pak su pun aku nggak mau, cuma minum air putih aja. Awalnya aku di jagain sama sepupu ku, sengaja memang mengajak saudara biar bisa gantian menunggu saat lahiran. Pas jam 3 pagi, giliran lah pak su yang jagain aku.
Mules di perut makin parah dan pak su giliran jaga sedangkan sepupu ku keluar untuk istirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 04.30 dua orang bidan jaga dan beberapa perawat mulai menyiapkan peralatan, suami ku di minta membeli teh hangat untuk ku minum, dan tenaga medis mulai membantu ku berjuang.
Ketika suami ku kembali dengan membawa teh dan di bantu minum sama perawat, suami ku di minta untuk keluar.
Setelah perjuangan yang melelahkan karena nyatanya biarpun ini kali ke dua aku melahirkan secara normal tapi aku tetap nggak bisa mengejan dengan baik.
Dan ketika jam menunjukkan pukul 05.45 akhirnya bayi cantik ku lahir juga. Tapi dia nggak langsung menangis, sempat khawatir ketika ku tanya perawat,
"mbak kok anak ku nggak nangis?". mereka menjawab "sedang di usahakan mbak". Entah apa yang mereka lakukan nggak lama bayi ku menangis sebentar, bukan menangis lebih tepatnya seperti merintih lalu diam lagi, tak berapa lama menangis sebentar seperti tadi.
Akhirnya bidan mengintruksikan untuk dilakukan perawatan ekstra dan di oksigen.
Aku yang masih lemas hanya bisa berdoa semoga bayi ku baik-baik saja.
Bidan dan perawat melanjutkan menjahit luka bekas melahirkan dan membersihkan badan ku, kemudian aku di minta istirahat dan aku pun tertidur karena kelelahan semalaman nggak tidur plus berjuang demi bayi cantik.
Agak siang setelah bangun tidur perawat membantu ku pindah ke ruang perawatan, ternyata aku belum boleh bertemu si baby karena masih dalam perawatan.
Ke esokan pagi nya bayi ku sudah lepas infus dan oksigen nya jadi sudah bisa bertemu dengan ku, Dan selepas sholat dhuhur kami boleh pulang.
Akhirnya semua perjuangan terbayar dengan melihat wajah mungil bayi lucu yang aku beri nama Hazel.
Semoga kelak dia selalu ingat dengan ayah, ibu, juga ke dua kakaknya. Jadi anak baik dan sholikhah, Tumbuh menjadi apa yang dia cita-cita kan, sukses dunia dan akhiratnya. Amiin..
Writing is healing..
Finally.. setelah nunggu selama kurang lebih 9 bulan, akhirnya waktu persalinan ku tiba juga.
Tapi sedikit meleset dari perkiraan bidan dan USG sih,
Gegaranya simple aja, aku yang nggak ingat pasti kapan HPHT ku membuat perkiraan lahiran nggak jelas juga.
Seingat ku terakhir menstruasi akhir bulan Oktober nyambung ke awal bulan November, jadi HPL nya kira-kira tanggal 3 Agustus 2019.
Dalam kurung, ini hanya seingat ku ya.. wkwkwk
Tanggal 1 Juli kemarin jadwal periksa rutin ke bidan,
Perkiraan bidan masuk ke usia 34-35 minggu, karena dari awal hamil aku selalu USG di RS Fat**** akhirnya bidan ku mengusulkan pindah ke praktek Dr. Hartono SpOG.
Pengalaman waktu melahirkan anak ke dua yang kebetulan SC karena plasenta previa dibantu oleh Dr tersebut membuat bidan ku nggak mau mengambil resiko jadi aku dan bidan sepakat tanggal 1 Agustus aku melahirkan secara SC.
Tanggal 4 juli aku datang USG ke praktek Dr. Hartono yang kebetulan dekat dari rumah.
pertanyaan standar aku ajukan seperti, apakah bayi ku sehat?
Apakah HPL nya sama dengan perkiraan bidan? Ya sama, jawab dokter.
Saat dokter mencari jenis kelamin bayiku,aku jawab "tolong jangan di kasih tau Dok"
jadi dokter hanya menjawab "baiklah saya cetak saja kalau begitu"
Dan pertanyaan terakhir, apakah aku bisa melahirkan normal?Bisa, kenapa tidak.
Tapi pesan dokter "kalau sampai akhir bulan belum lahir juga langsung bawa surat rujukan ini ke RS". Kata dokter sembari mengisi surat rujukan.
Bingung sih dalam hati, katanya HPL nya sama tapi kenapa di kasih saran seperti itu. Tapi ya sudahlah..
Tanggal 12 juli aku datang lagi ke praktek Dr. Hartono yang di RS. dari malam aku ngerasa perut sakit, rasanya perih di perut bagian dalam padahal aku nggak makan pedas atau apapun.
Setelah di periksa nggak ada tanda-tanda melahirkan atau apapun, saat aku tanya apakah ini maag dok? Iya.. jawabnya singkat.
Dan obat yang aku dapat pun hanya vitamin.
Alhamdulillah sorenya aku udah nggak ngerasa sakit lagi.
Tanggal 23 juli, berhubung rumah ku yang emang nggak pernah sepi oleh teman yang berkunjung atau sekedar nongki-nongki. Dari magrib ada saudara jauhku dan sepupu ku main ke rumah. Sampai jam 21.30 mereka baru pulang.
Jam 22.30 aku baru pamitan ke suamiku mau tidur duluan, sebenarnya perut bagian bawahku terasa kemeng, cuma aku nggak bilang ke suami karena aku pikir mungkin sebentar juga sudah sembuh.
Aku tiduran aja di kamar tapi ternyata nggak bisa tidur, sakitnya bukan reda tapi makin kerasa.
Pas jam 23.00 suamiku masuk kamar, aku baru bilang kalau perutku sakit. Dan sakitnya makin parah sampai bolak balik ke kamar mandi buang air beras sampai 3x. Di pijat suamiku juga, dikira masuk angin. Nggak reda tapi sakitnya kok makin parah. Akhirnya jam 24.00 aku ke bidan yang terletak di sebelah desa.
Suamiku masih sempat berfikir buat pinjam mobil saudara biar aku nggak kedinginan karena emang cuaca lagi dingin-dinginnya,
Sambil nahan sakit aku mempersiapkan perlengkapan yang udah aku pack dalam tas dari kemarin-kemarin dan mempersiapkan 1 tas lagi berisi berkas-berkas untuk ke RS nantinya kalau memang aku waktunya melahirkan jadi mudah ngambilnya.
Untuk cerita tentang persiapan melahirkan bisa di baca di:
Berangkatlah aku naik motor dan pake jaket tebal.
Di jalan udah nggak ngerasa dingin.
boro-boro kedinginan, nahan sakit aja sampai keringetan.
Sampai di rumah bidan, dan di periksa ternyata sudah pembukaan 3. Dan bu bidan menyarankan segera di bawa ke RS aja.
Jadi suami langsung pulang ngambil perlengkapan yang udah aku siapin tadi dan bawa mobil, berangkatlah kami.
Sampai di RS jam 01.30 masuk IGD, setelah registrasi bidan tanya sama dokter jaga
"apakah bisa melahirkan secara normal? Jarak kelahiran sebelumnya 7,5 tahun!".
"Bisa..". Jawab dokter jaga.
Setelah di pasang infus, bidan jaga mengecek pembukaan ku sambil di temani seorang cowok.
WHAT'S... COWOK..!!!
Iya, ada seorang cowok muda yang menemani dokter jaga IGD. Ketika dokter memeriksa pembukaan ku ternyata mas itu juga ikut memperhatikan, jadi otomatis mas-mas tadi pernah liat sesuatu, ah.. tidak..!?!? (Lebay)
Setelah di pasang selang infus dan kateter, kemudian aku dipindahkan ke ruang VK aka bersalin dengan kursi roda, karena menahan sakit jadi aku merem sampai nggak tau letak ruangan VK dimana. Sampai di sana aku tiduran miring. Mulas di perut pun lebih sering jadi aku nggak bisa tidur, di beri roti sebagai pengganjal perut sama pak su pun aku nggak mau, cuma minum air putih aja. Awalnya aku di jagain sama sepupu ku, sengaja memang mengajak saudara biar bisa gantian menunggu saat lahiran. Pas jam 3 pagi, giliran lah pak su yang jagain aku.
Mules di perut makin parah dan pak su giliran jaga sedangkan sepupu ku keluar untuk istirahat. Jam sudah menunjukkan pukul 04.30 dua orang bidan jaga dan beberapa perawat mulai menyiapkan peralatan, suami ku di minta membeli teh hangat untuk ku minum, dan tenaga medis mulai membantu ku berjuang.
Ketika suami ku kembali dengan membawa teh dan di bantu minum sama perawat, suami ku di minta untuk keluar.
Setelah perjuangan yang melelahkan karena nyatanya biarpun ini kali ke dua aku melahirkan secara normal tapi aku tetap nggak bisa mengejan dengan baik.
Dan ketika jam menunjukkan pukul 05.45 akhirnya bayi cantik ku lahir juga. Tapi dia nggak langsung menangis, sempat khawatir ketika ku tanya perawat,
"mbak kok anak ku nggak nangis?". mereka menjawab "sedang di usahakan mbak". Entah apa yang mereka lakukan nggak lama bayi ku menangis sebentar, bukan menangis lebih tepatnya seperti merintih lalu diam lagi, tak berapa lama menangis sebentar seperti tadi.
Akhirnya bidan mengintruksikan untuk dilakukan perawatan ekstra dan di oksigen.
Aku yang masih lemas hanya bisa berdoa semoga bayi ku baik-baik saja.
Bidan dan perawat melanjutkan menjahit luka bekas melahirkan dan membersihkan badan ku, kemudian aku di minta istirahat dan aku pun tertidur karena kelelahan semalaman nggak tidur plus berjuang demi bayi cantik.
Agak siang setelah bangun tidur perawat membantu ku pindah ke ruang perawatan, ternyata aku belum boleh bertemu si baby karena masih dalam perawatan.
Ke esokan pagi nya bayi ku sudah lepas infus dan oksigen nya jadi sudah bisa bertemu dengan ku, Dan selepas sholat dhuhur kami boleh pulang.
Akhirnya semua perjuangan terbayar dengan melihat wajah mungil bayi lucu yang aku beri nama Hazel.
Semoga kelak dia selalu ingat dengan ayah, ibu, juga ke dua kakaknya. Jadi anak baik dan sholikhah, Tumbuh menjadi apa yang dia cita-cita kan, sukses dunia dan akhiratnya. Amiin..
Posting Komentar untuk "Story, Perjuangan Melahirkan Bayi Cantik Ke Tiga"
Posting Komentar